Wahana Natural: Bermotor seperti Rollerkoster

Kemarin sore saya dan Deri melakukan perjalanan dari Tulungagung, Blitar hingga Malang melalui Kota Batu. Perjalanan memang sedikit lambat, sekitar 1,5 jam. Namun pengalaman di jalanan tak menjadi masalah menyoal waktu.

Hal yang menarik dari perjalanan ialah tatkala mata disuguhkan dengan aneka pemandangan, baik fauna, ladang pertanian maupun berbagai aktivitas manusianya. Pertambangan pasir menyisir, dari kecamatan Gandosari paling ujung barat selatan hingga memasuki kecamatan Ngantang kabupaten Malang, mengambil tiap bagian aliran sungai yang bermuara dari pegunungan.

Penampungan susu berjalan menghapiri setiap titik kumpul. Para peterna mengantri disetiap titik dengan senda gurau dialektika masyarakat, sambil menunggu penampung datang menghampiri mereka.

Ladang persawahan dan perkebunan hampir memanjakan mata di perjalanan. Manusia dengan seperangkat alat tani dan kebun seakan sedang bermain perang-perangan dengan bumi, demi hasil maksimal padi maupun teh serta tetumbuhan berguna lain.

Sepanjang jalan seluruh raga tak henti tegang dan bergerak. Tangan yang selalu setia bermain gas, rem dan setering, menyetalkan motor agar stabil berjalanan. Mata merayap layaknya navigator, dengan jalan yang penuh liku dan tanjakan, meksi terkadang ia terbuai dengan keindahan sekeliling jalanan yang indah nan asri.

Tegangan kuat ialah jantung, mempengaruhi raga seakan enggan untuk bergerak. Pikiran mengacau, dengan buaian pemandangan indah sekeliling, dan jalan kelak kelok naik turun bukit. Bisikan halus di tikungan dan jurang untuk lurus mendayu disetiapnya.

Desuran angin bercampur butiran air mengembun, menghantam raga hingga basah kuyup. Beruntung mantel anti hujan menyelimuti tubuh, sehingga rasa itu agak berkurang.

Perjalanan ini mengingatkan aku ketika kecil, merasakan hantaman angin tatkala raga sedang duduk diatas rollerkoster. Naik turun berbelok mata hanya bisa melihat bumi berputar-putar.

Menaiki rollerkoster dan berkendara diatas perbukit sekilas hampir sama menegangnya. Namun pengalamannya tentu berbeda, naik rollerkoster hanya disungguhi dengan ketengan dan bumi yang berputar-putar hingga kepala pusing.

Bekendara diatas pegunungan memanjakan mata, meski teanggang tapi bigin nagih. Manusia dengan segala aktivitasnya, bersamaan fauna dan lekuk perbukitan senantiasa melambaik minta diperhatikan.

Itulah sedikit pengalaman kami rasakan, tatkala menelusuri jalanan Gandosari, Ngantang, Pujon hingga Batu Malang. Pengalaman indah mewarnai setiap mata yang berkendara melewatinya.

Komentar