Aku merasa lelah mewujudkan Mimpi



Tekad ku sekarang dirundung mendung, karena beberapa masalah yang ada dalam keluarga. Tepatnya tatkala ayah saya meninggal, aku harus di rumah dan mengerjalan apa yang bisa kulakukan. 

Keambiguan dalam pengaturan keluarga di rumah agaknya kacau. Kekacauan ini disebabkan komandan keluarga yang agak berat sebelah dalam memutuskan aku dan kakakku. Hal ini membuat apa yang dilakukan kakaku serb benar dan di iyakan, sedang diri ku ketika beraktivitas di  rumah selalu disalahkan.

Terlepas dari itu, aku senantiasa mendapat renungan tentang tumpukan hutang keluarga yang belum terbayar-bayar. Setiap malam aku senantiasa diingatkan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Sedangkan aku bekerja tetap saja belum. 

Sebenarnya aku kemaren dapat panggilan kerja yang dari teman saya, yaitu bekerja sebagai negosiator di salah satu lembaga penyalur kerja. Namun lantaran pekerjaan itu tidak bisa membuat diri ini stay di rumah, Orang tua melarangku untuk berangkat kerja. Selain itu tawaran menjanjikan di sinarmas grup juga harus aku kubur, karena pekerjaan itu membuat diri ini harus keluar kota bahkan keluar negeri. 

Aku yakini bukan keadaan ortu atau kakakku, problemnya sesungguhnya ku yakini ada pada diri ini. Diri ini tidak tegas pada diri ku pribadi, aku memiliki mimpi sundul langit dalam istilah jawa, selain itu keinginan ku juga banyak. 

Hal inilah yang membuat aku berbenturan dengan kondisini di rumah yang serba kurang mendukung. Aku serasa harus dirumah bersama cangkul dan sabit, sedangkan kegemaran ku berkutat pada penanda dalam keyboard dan beberapa tumpukan buku serta banyak problem sosial keagamaan. 

Walau demikian aku juga menjadi seseorang yang pecundang dengan kegemaran ku dan mimpiku. Sudah semenjak kuliah di bangus sarjana hingga master, aku belum pernah menerbitkan buku maupun jurnal karya ku. Sungguh memalukan, memiliki mimpi tinggi sedang untuk mencapainya saja belum ada capaian yang berarti, mungkin dapat dikatakan lari. 

Lari ku bukan hanya sebatas menulis saja, bahkan semenjak aku di wisuda, aku juga berhenti untuk membuat catatan maupun membaca buku serta update isu sosial keagamaan. Aku benar-benar bingung dengan pikiran ku sendiri. 

Sambil menenangkan hati yang tak kunjung tenang pada tahun baru ini. Aku berharap ada perbaikan pada nalar pikir ini terjadi. Sehingga pikiran tidak senantiasa merusak tubuh dan otak. 

Komentar