Beragama Ialah Kesadaran

Semenjak saya kecil hingga dewasa konflik atas nama agama marak terjadi, bahkan berbagai perjanjian perdamaian antar agama sudah dibuat, tetap saja konflik terjadi. Hal ini salah satu penyebab utamanya ialah agama menjadi hal yang mendasar bagi kehidupan yang beragam, atau dapat dimaknai dengan menjadikan masyarakat untuk menjadi satu keyakinan yang sama.

entah mengikutip dari mana, pada dasarnya manusia sulit untuk menerima perbedaan. Ketika ada seseorang disekitarnya yang berbeda maka akan ada prilaku buliying, atau cemooh. Hanya saja bagi seseorang yang memiliki pemikiran yang luas, mampu menerima mereka. Begitu juga dengan beragama.

Menyoal beragama terutama konflik agama, tentu tidak afdol apabila tidak membicarakan sejarah agama itu sendiri. Sejak awal kemunculan agama sudah diwarnai dengan koflik, sebut saja Islam yang harus bersi tegang dengan keyakinan kaum Quraish maupun Nasrani Makkah maupun Yahudi, begitu juga dengan kemunculan agama Kristen yang konflik dengan orang-orang Yahudi.

Bagaimana pun pada awal kemunculan agama penuh dengan konflik, hadirnya agama sejatinya untuk menyelamatkan manusia dari konflik yang melanda mereka. Tak sadar sejatinya perbuatan manusialah yang memicu konflik, mungkin kita kembali pada sejarah Islam, bagaimana orang Quraish yang membunuh bahkan mengubur hidup-hidup bayi perempuan. Atau kisah Musa yang melawan angkara murka Fir'aun yang membunuh bayi laki-laki daripada orang-orang Isroil.

Lambat laun ajaran agama berkembang dan menyebar justru menciptakan konflik baru bagi kaum yang meyakininya. Perasaan kuasa dari hal yang berbeda atau semangat dominasi golongan memicu menyebaran agama secara membabi buta, alhasil jatuhnya ialah perang antara umat yang beragama.

Sebenarnya lebih afdol ialah agama menjadi keyakinan masing-masing idividu. Saya mengacu pada ajaran Muhammad, Isa dan Musa ketika berdakwah, mereka semua tidak memaksaan kehendak orang yang berbeda untuk memasuki agama yang mereka bawa. Seperti halnya Musa ketika melawan Fir'aun, dia tidak memaksanya untuk masuk agama Yahudi walaupun pada akhirnya dia malah berbalik diserang oleh Fir'aun gara-gara itu.

Ketika agama menjadi hal yang bersifat Individu sudah tentu konfik bukan lagi atas nama agama, mungkin berubah menjadi ekonomi atau rebutan kekuasaan. Subjektifikasi agama akan mengarahkan manusia untuk adil, jujur dan damai. Hal ini ditunjukkan dengan Islam yang ada di Madinah, bagaiama mereka mampu hidup rukun antar umat beragama dan saling bantu membahu membangun peradaban.

Semangat kompetisi antar manusia saya kira akan menjadi Fire. Tanpa melihat status apa agamanya seseorang mendapat kesempatan untuk menjadi apa yang mereka inginkan, sehingga kejadian Ahok yang terhalang oleh keinginan masyarakat dominan tidak terulang.

Komentar