Hidup dalam skenario

Hidup ini seakan sudah menjadi setingan tanpa kita sadari. Kita mengambil sikap, atau menjalani kehidupan ini semuanya sudah tertera dalam teks suci Tuhan. Egk percaya,, buka aja kitab suci Tuhan, ini perspektif agama saya yaa.. maaf bias. Kalau perspektif Islam tinggal buka Al-Qur-an, Bibel, Taurat dan Zabur, untuk ini egk usah dibahas.

Kita sebagai pemeran, bedanya dengan dunia perfilman maupun fiksi ialah, kalau dalam dunia fiksi tokoh sudah di tentukan oleh sutradara. Berbeda dalam skenario Tuhan, yaitu dengan memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih perannya masing-masing.

Seperti yang disampaikan oleh Sujiwo Tejo dan Kang Kamba dalam buku Tuhan Maha Asyik. Dalam buku itu dan apa yang saya tangkap dari buku itu ialah membicarakan lakon seseorang dalam kehidupan, dimana Mbah Tejo dan Kang Kamba mengilustrasikan manusia mirip dengan lakon wayang orang. Meski saya agak bingung mengapa yang dipilih wayang orang dan bukan film, mungkin itu wujub apresiasi kebudayaan kita.

Saya hampir sepakat dengan Kang Kamba dan Mbah Tejo, terkait manusia dalam skenario Tuhan. Terkadang kita dihadapkan oleh permasalahan yang kompleks, kita disitu akan dipaksa untuk membuat pilihan yang beragam dalam pikiran. Selain pilihan kita juga diberi anugrah untuk menyikapinya dan merasakan permasalahan hidup. Ada yang menanggapi dengan positif, ada juga yang menanggapi dengan negatif. Ada yang memilih mundur juga ada yang memilih maju.

Tanpa kita sadari semua semua pilihan dan  sikap kita menghadapi pilihan, sudah ada dalam skenario Tuhan dalam banyak firmannya. Tidak hanya respon postif aja yang ada, tapi juga respon negatif semua termuat dalam firmannya. Jangan lupa, semua itu juga dikasih penyelesaiannya dan akibat dari pilihan itu sendiri.

Dari mana kita bisa melihatnya ? terkadang seseorang melalaikan sejarah, dan terkadang sejarah dianggap wajib hanya untuk kalangan pelajar saja untuk memperlajarinya. Meski tidak dipungkiri banyak hal yang bisa kita petik dari peristiwa sejarah. Tadinya ngomong firman koq ngomongin sejarah, maaf guys yaa. Dalam firman Allah yang saya banyak, ada yang menggambarkan peristiwa jaman terdahulu, sekarang maupun sejaman sang pembawa yaitu Nabi Muhammad Saw. Dari peristiwa yang tersirat inilah banyak digambarkan bagaimana menyikapi suatu masalah, akibatnya dan penyelesaiannya.

Soal peran juga soal nasib, siapa yang menentukan nasib seseorang kalau bukan seseorang itu sendiri. Dalam sekenario Allah berfirman Allah tidak akan mengubah nasib sebuah kaum apabila kaum itu tidak mengubahnya sendiri. Pernah baca pernah dengarkan.
'
Pilihan hidup, kerja keras dan komitmen itulah yang mengubah dan membuat suatu nasib dianggab sukses, meski sukses itu subjektif. Jika pilihan hidup ada tanpa kerja keras maupun komitmen maka kesuksesan akan sukar didapat atau malah nihil. Ketiga hal ini mirip dengan rumus matematika yang saling nyambung dan berhubung hingga mencapai sama dengan kesuksesan itu sendiri.

Jadi dari semua cuapan ini. Saya berhipotesa bahwa sekenario yang dimaksud ialah Kitab suci atau firman Allah SWT. Sebab seperti yang saya jelaskan diatas bahwa semua hal dan permasalahan ada dalam Firman-Nya. Maka itu kita sebagai manusia diwajibkan untuk menjadikan Firman Allah sebagai pedoman dalam hidup dan menjadikan penyikapan sang pembawa firman Allah alias Nabi, untuk dijadikan prototipe dalam kehidupan kita.




Komentar