eksistensi Bahasa jawa dalam kaca musik Indonesia



Barang tentu kalian masih ingat dalam acara Indonesian Choice Awards yang tayang pada 29 april 2018 lalu. Acara tersebut dimeriahkan oleh artis-artis papan atas Indonesia. Turut hadir para musisi yang terkenang mengihiasi panggung ICA.

Terlepas dari acara tersebut, ada lagu dangdut yang tenar di berbagai media di Indonesia yang tampil dalam acara yang disiarkan leh Net TV, yaitu lagu sayang yang dibawakan oleh musisi dangdut Via Valen. Lagu yang dangdut dengan perpaduan bahasa Indonesia dan jawa tersebut mengguncang seluruh isi Sentul International Convention Center dan memaksa seluruh penonton yang ada untuk bergoyang mengikuti musik.

Ada yang unik dari lagu yang dibawakan oleh via vallen di acara diatas, yaitu lagu sayang, yang apabila kita cermati dalam kaidah bahasa itu sangat acak-acakkan. Mengapa ? pertama, lagu tersebut menggunakan dua bahasa sekaligus dalam liriknya yaitu bahasa Jawa dan Indonesia. Selanjutnya lagu tersebut mencampur adukkan dua bahasa sekaligus dalam lirik lagu sayang kalian pasti juga tau dimana pencampurannya. Tidak hanya lagu sayang saja, yang juga tenar dan campuran dua bahasa. seperti pada lagu-lagu dangdut terbaru yang dibawakan via vallen semua bercampuran.

Jika dipandang dari kaidah bahasa ini tidak beraturan karena tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. karena dalam kaidah bahasa Indonesia tidak diperkenankan untuk mencampur adukkan antara bahasa daerah dengan bahasa Indonesia. Namun, namanya seni ya boleh-boleh sajalah.

Selain itu juga bisa kita lihat bagaimana animo masyarakat Indonesia dalam menikamati lagu yang yang notabene campur aduk bahasa lokal dan bahasa nasional. Bisa kita lihat berapa banyak penonton di youtube yang mencapai jutaan dan animo masyarakat maupun publik figur ketika mendengarkan lagu tersebut, bisa kita ambil contoh pada acara ICA bulan lalulah, bagaimana mereka bergoyang menikmatinya.

Munculnya lagu yang pencampuran bahasa Jawa dan Indonesia ini bisa dibilang menambah eksistensi bahasa Jawa. Semakin banyak lagu ini dinyanyikan masyarakat Indonesia, maka sedikit-demi sedikit bahasa jawa akan terbiasa mereka lafalkan, meski itu hanya nyanyian belaka.

Kiranya perlu apresiasi mendalam bagi penyanyi yang menyanyikan lagu tersebut. Pasalnya di tengah-tengah era global masih ada yang berjuang untuk melestarikan bahasa daerah. Hal tersebut bisa menjadi langkah promosi bagi para pemuda milenial.

Tidak hanya lagu yang dibawakan oleh Via Valen, Bayu Skak bersama filmnya juga ikut mempromosikan bahasa daerah melalui dunia perfilman. Sejauh ini saya melihat ada dua film garapannya yaitu Yo wes Ben dan Yo wes Ben 2. Kedua film tersebut mayoritas menggunakan bahasa yang sama.

Ditengah-tengah era global ini disadari atau tidak bahasa daerah akan luntur. Hal tersebut tidak lepas dari percampuran budaya asing maupun penggunaan prasarana pendukung yang didominasi oleh bahasa asing. Untuk itu adanya lagu dan film dengan bahasa daerah kiranya mengingatkan kita agar selalu ingat identitas kita sebagai warga daerah. Tentu warga daerah yang baik tidak meninggalkan budayanya bukan?

Komentar