Kejebak Baper

Iin gelisah dalam kantor redaksi Kantor Literasi, entah gelisah karena apa. Biasanya obat gelisah untuk Iin ialah ngobi dan ngobrol bersama teman yang ia senangi.

Kebetulan disitu ada Uum. Akhirnya Iin mengajak Uum sebagai pergi kewarung kopi.

Egk ada obrolan yang khusus atau curhatan dari Iin kepada Uum. Maklum Uum orang yang egk begitu akrab dengan Iim dan dia lawan jenis dengan Iin. Obrolan hanya berkutat pada persoalan literasi. Tapi itu membuat hati Iin plong.

Dalam pulang Iim berbisik pada Uum yang yang memboncengnya.
" bang aku koq nyaman ya di samping ini."

Mendengar bisikan Iim, Uum langsung langsung bleg-blegkan hatinya. Maklum Uum sudah lama sekali jombol dan egk pernah mendengar suara seperti itu sebelumnya. Hanya diam respon dan tak ada respon balik kepada Iin.
***
Suatu Ketika Uum kecelakaan ketika bermain bola. Waktu itu Uum menyempatkan mampir di kantor redaksi, dengan harapan ada yang dimintai pertolong. Begitu Uum masuk dalam kantor, yang langsung merespon ialah Iin, padahal di dalam kantor banyak orang. Meskipun Iin pada waktu itu sibuk dengan laptop dan tulisannya serta Uum belum juga ngomong minta bantuan.

Seperti Ibu kepada anaknya, Iin memarahi Uum yang terlihat kesakitan.
" bang.. Kamu gimana ta kok sampai seperti ini? Makanya kalau main hati-hati dan kalau bisa egk usah main deh, kalau begini."
Iin bergegas ke klinik meminta saleb. Kemudian saleb yang Dia mintakan tidak di berikannya kepada Uum agar mengoleakannya pada luka, tetapi dengan hati-hatinya Iin mengoleakannya pada Uum.

Sebenarnya tidak hanya sekali dua Kali Uum dibantu oleh Iin dan tidak sedikit pula Iin minta tolong yang hadir adalah Uum. Banyak kali Ketika ada kegiatan literasi dengan tidak sengaja Iin selalu bareng kepada Uum. Hal itu membuat mereka berdua menjadi akrab dan Uum yang sudah lama sendiri lagak-lagaknya menaruh perhatian dan perasaan kepada Iin.
***
"Assalamu'alaikum" sabil memasuki kantor redaksi. Jawaban serentak masyarakat dalam kantor kecuali Iin yang sedang cemberut dan terdiam didepan laptop.

Melihat Iin tidak ada respon Uum terdiam sedih. Orang yang dirasa memperhatikan dia tidak menjawab salamnya. Uum hanya terdiam dan sesekali menoleh dan memandang Iin. Hal ini juga membuat Uum menjadi muram dalam redaksi.

" kamu kenapa ? Kok kelihatan suram gitu" Pertanyaan dari Iin datang dan membuat mood Uum menguat kembali lagi.

" egk koq, cuma capek di perjalanan" sambil tersenyum. Padahal dalam hatinya bilang karena di cuekin sama Iin.

Hati-hati Uum dan Iin kian dekat. Entah karena kebetulan dan tidak ada pilihan lain, Iin sering nebeng Uum dalam kegiatan komunitas. Bahkan mereka juga sesekali jalan berdua ke Perpus atau ketempat yang membangkitkan inspirasi.

Rasa suka makin menjadi oleh Uum. Pada suatu kesempatan Dia bertanya kepada Iin soal asmara. Seperti singa meraung Iin dengan lantang menjawab " jika aku belum merasa puas akan karirku, aku tidak berani pacaran atau berhubungan serius dengan cowok" mendengar suara lugas itu Uum makin menaruh perasaan suka terhadap Iin. Karena Uum suka dengan cewek yang memiliki pendirian.
***
Suatu ketika ada pameran seni di balai budaya. Iin mengajak Uum untuk pergi dan melihat pameran tersebut. Dalam pameran ada kedai kopi dan mereka mampir disana. Tanpa sengaja Iin bilang kepada Uum " bang aku wingi di tembak sama teman"

Mendengar kata itu, hati Uum meledak menambah kekepoannya dan bertanya-tanya mendalam terkait siapa dekat dengan Iin.

"Aku bingung bang, dengan sidia... Masih ingin sendiri." Lagak Iim agak sumringah ketika membicarakan orang yang mengatakan cinta padanya. Dan Uum serasa pencah hatinya ketika mendengar dan melihat lagak serta gerik Iim ketika membicarakan dia.

***
Hari-hari Uum setelah mendengar Iim ada yang nembak menjadi surau. Rasa kebersaan dengan Iin membuat Uum jatuh cinta pada padanya.

Suatu ketika Uum sendiri di kantor redaksi, muka yang suram hanya mendengarkan lagu sedih dan membuka w.a dan menutupnya. Wajahnya pucat dan terlihat lemas.

Umil datang " Uum, lo sakit.?? Wajahmu kok melas sekali"

" lagi egk mood mil"
" ada apa ? Sini ceritao tak dengarkan"
" aku suka Iim.. mil"
" la kok bisa Um, lo sakit suka ma Dia"
Kemudian Uum menceritakan kronologi kenapa sampai Dia suka dengan Iim kepada Umil.

" ingat um,, belum tentu orang yang peduli kepada kita itu suka sama kita. Apalagi kalau itu adalah teman kita. Lebih tepatnya perhatian sesama teman. Kamu sih yang terlalu baperan. Egk baik um, mending lupakan itu perasaan kepada Iim. Dari pada menambuat rusak hubungan pertemanan mu dan Iim kedepan serta kawan-kawanmu redaksi. Iim orangnya baik um, tentulah Ketika ada orang kesusahan langsung tanggap dibantu. Dan kamu salah tangkep atas bantuan itu."

Uum hanya bergumam dan dalam hati Uum berkata " ada benarnya kata umil, mungkin aku terlalu berlebihan melihat kebaikan Iim".

" Mungkin aku harus piknik Mil, habis ini aku mau pulang aja memperbaiki pikiranku"

" mungkin seperti itu Um, ingat orang yang baik dan peduli Bukan berarti dia punya rasa suka atau cinta kepada kita. Sesama manusia memang selayaknya membantu dan mempedulikan sesamanya terutama yang membutuhkan, seperti Iim yang memperhatikanmu.

Keesokan harinya Uum pulang kampung dengan harapan bisa memperbaiki otaknya yang keliru dalam menanggapi perhatian Iim.

Komentar