Kiranya sudah satu tahun lebih saya tidak menuliskan cerita dalam blog ini. Itu merupakan waktu jeda lama bagi seorang penulis, sebab bagi seorang penulis haruslah setiap hari menulis dan jeda waktu untuk menulis akan berpengaruh besar pada tulisannya.
Hari yang cerah ini dengan nuansa tahun baru 2020, saya akan bercerita tentang bagaimana Indonesia merdeka dan memilih untuk mandiri. Cerita ini kembali pada awal ketika multatuli menuliskan serangkaian anggapan yang berbeda dari pada perusahaan-perusahaan penjajah Indonesia sebelum merdeka. Para compeni ( pangilan perusahaan Belanda ) beranggapan masyarakat Indonesia waktu itu tidak masalah, sebab mereka merasa tidak mengeksploitasi orang Indonesia.
Pandangan ini berubah ketika multatuli menceritakan susah payahnya dan menderitanya masyarakat Indenesia di bawah tekanan perusahaan belanda. Hal inilah yang memberikan pengaruh besar terhadap perkemangan masyarakat terutama ketika politik etik atau balas budi diterapkan di Indonesia.
Setelah munculnya politik etik, munculah penggerak-penggerak bangsa seperti Tan Malaka, Soekarno, Hatta, Syahril dan banyak tokoh yang lain. Mereka memang dikenal sebagai pendiri bangsa. Pertanyaannya, apakah mereka saja yang berdiri membangun Indonesia ?
Membangun Negeri yang luas dengan beragam ideologi, suku, ras, agama dan budaya bukanlah kerja segelintir orang saja. Ada nama-nama yang tak terlihat yang secara masif melakukan pergerakan dari akar rumput, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Mungkin menjadi contoh ialah pelengseran Suharto bukan sekedar mahasiswa Trisakti saja yang ingin menurunkannya, akan tetapi kebanyakan masyarakat Indonesia menghendaki agar Suharto turun tahta, sengga memunculkan pergerakan di seluruh Indonesia oleh mahasiswa.
Hal yang saya garis bawah disini ialah semangatnya, yaitu semangat perubahan, dari semangat kemerdekaan oleh generasinya Soekarno maupun semangat reformasi 1998. Maka ditahun baru 2020 ini, saya memotifasi diri saya pribadi guna membangun semangat yang baru demi perdaban yang maju dan NKRI yang maju.
Hari yang cerah ini dengan nuansa tahun baru 2020, saya akan bercerita tentang bagaimana Indonesia merdeka dan memilih untuk mandiri. Cerita ini kembali pada awal ketika multatuli menuliskan serangkaian anggapan yang berbeda dari pada perusahaan-perusahaan penjajah Indonesia sebelum merdeka. Para compeni ( pangilan perusahaan Belanda ) beranggapan masyarakat Indonesia waktu itu tidak masalah, sebab mereka merasa tidak mengeksploitasi orang Indonesia.
Pandangan ini berubah ketika multatuli menceritakan susah payahnya dan menderitanya masyarakat Indenesia di bawah tekanan perusahaan belanda. Hal inilah yang memberikan pengaruh besar terhadap perkemangan masyarakat terutama ketika politik etik atau balas budi diterapkan di Indonesia.
Setelah munculnya politik etik, munculah penggerak-penggerak bangsa seperti Tan Malaka, Soekarno, Hatta, Syahril dan banyak tokoh yang lain. Mereka memang dikenal sebagai pendiri bangsa. Pertanyaannya, apakah mereka saja yang berdiri membangun Indonesia ?
Membangun Negeri yang luas dengan beragam ideologi, suku, ras, agama dan budaya bukanlah kerja segelintir orang saja. Ada nama-nama yang tak terlihat yang secara masif melakukan pergerakan dari akar rumput, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Mungkin menjadi contoh ialah pelengseran Suharto bukan sekedar mahasiswa Trisakti saja yang ingin menurunkannya, akan tetapi kebanyakan masyarakat Indonesia menghendaki agar Suharto turun tahta, sengga memunculkan pergerakan di seluruh Indonesia oleh mahasiswa.
Hal yang saya garis bawah disini ialah semangatnya, yaitu semangat perubahan, dari semangat kemerdekaan oleh generasinya Soekarno maupun semangat reformasi 1998. Maka ditahun baru 2020 ini, saya memotifasi diri saya pribadi guna membangun semangat yang baru demi perdaban yang maju dan NKRI yang maju.
Komentar